Amazing Fay

Catatan Harian Fairuz Khairunnisa'

Tuesday, June 12, 2018

Fay tiba-tiba saja...


KEMARIN Fay bertugas mengepel. Selesai mengepel lantai atas dan tangga, Fay tidak lanjut mengepel lantai bawah, melainkan duduk di kursi kerjanya, tempat dia biasa menganyam. Alat pel kemudian Ibu ambilalih untuk mengerjakan bagian Ibu (kamar atas, kamar bawah, ruang tamu, ruang makan, dan teras).

Waktu Ibu mengepel teras, terdengar suara mug berdenting. Wah, suara mencurigakan. Ibu pun cepat-cepat lari ke dalam, dan memergoki Fay minum air putih dari mug, lalu buru-buru meletakkan kembali mug di rak gelas -tanpa mencuci terlebih dulu. Nah, Fay curi-curi minum padahal lagi puasa (lebih tepatnya, latihan puasa, karena dia belum ngerti juga esensinya).

Hari ini, Ibu tidur siang. Fay sedang menganyam ditemani Ayah. Melihat Fay sedang anteng menganyam, Ayah pun keluar menengok tanaman. Tiba-tiba Fay membuka kulkas dan langsung memakan ayam ungkeb plus nasi yang sudah dingin di kulkas. Duh!

Setelah bertahun-tahun mengajari Fay berpuasa, Fay tidak paham juga apa itu puasa. Mungkin dia menganggap puasa sebagai sesuatu yang berat. Hiks.

Tapi Ibu harus mengingat lagi tujuan mengajari Fay berpuasa: agar terbiasa tidak makan dan minum di tempat umum saat bulan Ramadan. Karena sejatinya Fay tidak punya kewajiban mengerjakannya, mengingat autis yang disandangnya. Meski sudah dewasa, tapi tidak memiliki kesadaran sebagaimana layaknya orang dewasa.

Labels: , , ,

Monday, January 22, 2018

Fay dan e-Money

 Bagaimana Fay bisa tahu tentang kegunaan e-card/e-money (kartu yang bisa digunakan sebagai kartu Indomaret sekaligus e-toll), padahal dia belum pernah diajari? Masih misteri. Begini ceritanya.

Selasa, 16 Januari lalu, Kakek dan Nenek Fay dari Bandung datang menginap. Keesokan harinya, mereka bersiap-siap untuk pulang. Pintu-pintu terbuka, demikian pula pintu gerbang, karena mobil mau keluar. Semua sibuk mempersiapkan kepulangan mereka. Ibu membantu menyiapkan barang-barang yang akan mereka bawa pulang, demikian pula Ayah, yang sedang di kamar mandi mencuci tampolong (apa ya bahasa Indonesianya?). :P

Saat itu, Fay sedang asik sendiri dengan tas anyaman tali kurnya. Mengetahui orang-orang sedang sibuk, dia mengalungkan e-card alias kartu Indomaret ke lehernya. Ibu melarangnya, karena kartu itu milik Ayah, tapi Fay keukeuh, dan Ibu nggak mau ribut-ribut karena di rumah sedang banyak orang, termasuk Uwa-nya Fay. Tiba-tiba dia mengambil salah satu tas anyaman dari bungkus kopi dan lari ke mobil Kakek, lalu memasukkannya.

Aku tak berusaha mencegahnya, karena memang kebiasaannya memaksa memberi oleh-oleh karyanya kepada mereka yang berkunjung ke rumah. Tapi kali ini beda. Beberapa menit kemudian, ada seorang tetangga yang melaporkan kalau Fay lari ke arah lapangan voli.

Aku berusaha mengejarnya. Kulihat Fay sudah jauh. Aku terus berusaha mengikutinya dan tak melepaskan pandangan darinya, meski jaraknya sudah ratusan meter di depan. Tak lama kemudian, Ayah muncul mengejar Fay dengan motornya. Aku pun balik kanan ke rumah, untuk meneruskan melakukan persiapan kepulangan Kakek dan Nenek.

Beberapa puluh menit kemudian, Fay pulang dibonceng Ayah. Fay ternyata lari menuju Indomaret di dekat gerbang komplek, yang berjarak sekitar 500 meter dari rumah. Menurut Ayah, Fay berbelanja, tepatnya memborong barang-barang di Indomaret, tanpa bisa dicegah karena keadaan tidak memungkinkan. Fay secara "kalap" mengambil apa saja yang diminatinya, seperti cokelat, eskrim, sabun mandi, kornet, fetucini, dll, padahal hanya berbekal uang Rp 5 ribu yang diambilnya dari dompet Ibu.

"Fay, uang Fay kan hanya Rp 5 ribu. Tidak cukup," kata Ayah, berusaha menerangkan. Tapi percuma, Fay terus mengambili barang. Ayah hanya bisa mengikuti dan sebisa mungkin mengganti barang yang ukurannya besar dengan yang paling kecil (agar lebih murah). Setelah puas mengambili barang, Fay digiring ke kasir untuk membayar.

Dari balik bajunya, Fay mengeluarkan kartu Indomaret. (Biasanya kartu ini digunakan Ayah untuk naik KRL dan Bus TransJakarta, serta sesekali sebagai kartu tol). Whattt? Dari mana dia tahu kalau belanja di Indomaret bisa memakai kartu Indomaret/e-money, padahal mengenal transaksi sederhana di warung saja dia "belum lulus"?

Kami merasa tak pernah mengajarinya bertransaksi dengan kartu, demikian pula dengan terapisnya. Satu-satunya kemungkinan media Internet, yang sering diaksesnya. Fay, Fay.....

Labels: , ,

Thursday, January 05, 2017

Terima Kasih Fay

Jam 2 dinihari Fay menggedor-gedor pintu kamarnya, hanya untuk menanyakan jam berapa sekarang. Setelah dijawab dan disuruh tidur lagi, dia pun tenang. Jam 3 diulanginya lagi, juga jam 4 lebih, saat azan subuh berkumandang. Barulah pintunya dibukakan.

Subuh-subuh, Fay langsung mandi dan berpakaian rapi. Dia siap-siap berangkat terapi ke Harmoni, yang jadwalnya memang tiap hari Kamis. Rupanya,  dia menunggu-nunggu momen ini,  karena Kamis lalu, berhubung libur akhir tahun, tidak ada terapi di Harmoni.

Paginya, setelah sarapan, ayahnya baru bilang ke Fay kalau hari ini Fay tidak bisa diantar ke Harmoni, karena ayah sakit (sejak beberapa hari lalu, memang ayahnya Fay sakit), dan mau ke dokter. Fay menjawab, "ya".

Tadinya, kami pikir, Fay tidak paham meski menjawab "ya". Biasanya dia akan mendesak untuk pergi ke Harmoni, apapun alasannya. Tapi pagi ini tidak. Dia ke atas untuk mengganti kembali pakaiannya dengan pakaian sehari-hari.

Lalu dia minta ibu menyiapkan alat pel, karena Fay mau ngepel.

Terima kasih Fay atas pengertiannya.

Muaach! Ibu sayang Fay. <3 

Labels: , , , ,

Friday, July 22, 2016

"Hulk Girl"

Lebaran tahun lalu (1436H), Ibu dan Fay tidak pulang kampung ke rumah kakek-neneknya Fay di Majalaya, Kabupaten Bandung. Penyebabnya, tahun sebelumnya Fay bikin ulah di Terminal Leuwipanjang Bandung, juga di penitipan motor di Citayam. Fay mogok tak mau pulang, sampai harus dipaksa naik kendaraan untuk pulang.

Pengalaman itu, dan juga tahun-tahun sebelumnya (polanya sama, Fay semangat untuk pulkam, tapi menolak untuk kembali ke rumah setelah libur lebaran usai), cukup membuat kami ortunya trauma membawa Fay pulkam tanpa membawa kendaraan sendiri.
 
Kemudian pada 1436 itu, hanya ayahnya yang pulkam, sedangkan saya dan Fay tetap di rumah Sasakpanjang. 
 
Rupanya hal itu cukup membekas dalam benak Fay. Dan itu kami manfaatkan sepanjang tahun, kalau dia mau merusak atau berbuat yang tidak layak, cukup diancam tidak akan dibawa berlebaran ke Majalaya.
Sayangnya, setelah lebaran usai, seperti lebaran tahun ini, 1437, Fay tak mampu menahan hasrat merusaknya. 
 
Semalam dari kamar Fay terdengar suara-suara aneh. Saat itu sudah dinihari. Ayahnya terbangun, lalu mengecek ke kamarnya. Ternyata, Fay sedang membuang sesuatu melewati jendela kamarnya yang terbuka. 
 
Dan... Baju dan celana trainingnya sudah koyak, bahkan compang camping. Persis seperti Hulk atau tepatnya Hulk Girl alias She-Hulk, karakter fiktif raksasa hijau mutan ciptaan Marvel. Bukan itu saja. Rupanya celana dalamnya pun dirusaknya. 
 
Hmm, harus mikir lagi nih apa yang jadi ancaman atau bujukan untuk menyetop kebiasaan buruknya itu.
Meski telah dipergoki, dengan tenang dia meneruskan merusak pakaian yang dikenakannya, alih-alih tidur karena sudah menjelang subuh.
 
Ibu jadi bingung harus bagaimana. Males nyuruh Fay ganti baju. Soalnya hasrat merusaknya belum tuntas hanya malam itu. Dan benar, malam berikutnya, dia mengulangi perbuatan yang sama; baju dan celananya untuk tidur dirusaknya kembali.
 
Padahal konsekuensi (baca: hukuman) sudah diberikan, yaitu TV dimasukkan (artinya, dia tak bisa menonton K-Pop kesukaannya) dan tablet (tab) untuk dia browsing K-Pop juga dimasukkan ke kamar terkunci.
 
Yang kuharapkan bukanlah “melesat lari”, cukup “berjalan kaki pelan-pelan saja”. Bahkan “setapak demi setapak pun” tak apa, asalkan “berjalan ke arah depan” bukannya “berhenti”. Apalagi sampai “maju selangkah” kemudian “mundur dua langkah”.
 
Selalu “kembali ke titik nol”. Itulah gambaran perkembangan perilaku Fay. Hhh! Luar biasa melelahkannya.


Labels: , ,

Wednesday, November 04, 2015

Bagaimana Cara Melindungi Fay dari Diri Fay Sendiri?

Sejak kecil, Fay cenderung melukai dirinya sendiri, meski tak terlalu tampak. Misalnya, saat menggaruk lengan atasnya yang gatal, kulitnya sampai lecet-lecet yang menimbulkan bekas. Kulitnya jadi tidak mulus lagi, tampak seperti luka bekas sundutan rokok.

Itu sudah lamaa sekali tidak dia lakukan, hingga terulang lagi sekitar beberapa minggu lalu. Dia mulai menggaruk-garuk siku lengan kirinya hingga berdarah. Kemudian dikope setiap kami lengah (untuk mencegahnya).

Oleh Ayah, lukanya dibersihkan pakai alkohol, diolesi Betadine lalu ditutup Hansaplast. Sekarang lukanya  sudah sembuh, namun masih meninggalkan bekas menghitam.

Beberapa hari lalu, kami melihat Fay memencet-mencet lututnya di satu titik. Setelah diamati, rupanya dia berusaha membuat luka baru di lutut. Dia memencet-mencetnya, berharap ada darah keluar.

Di lain kesempatan, Fay makan mangga dengan garpu. Selagi kami lengah, garpunya dipakai untuk menusuk lukanya. Dia terus cari alasan untuk memakai garpu, biar dapat kesempatan untuk menusuki lukanya itu.

Nah, suatu siang, aku menunggui cucian di tangga, sedangkan Fay terlihat di bawah sedang nonton K-Pop kesukaannya.

Entah dari mana dan kapan dia dapatkan, tampak Fay sedang menusuk-nusuk lututnya dengan sebuah sekrup berkarat. Langsung aku turun dan mengamankan sekrup itu.

Lalu lukanya diguyur dengan alkohol. Anehnya dia tak tampak merasa keperihan, seperti reaksi orang yang lukanya diguyur alkohol. Padahal, di sekitar lukanya sudah menghitam dengan diameter sekitar 5 cm.

Reaksinya? Dia malah senang dan minta lukanya ditutup pakai plester luka (Hansaplast atau yang lainnya).

Oh, rupanya itu semua dia lakukan kemungkinan untuk mendapat sensasi "ritual menyembuhkan luka".

Aduuh Fay, Ibu capek deh. Bagaimana caranya Ibu melindungi Fay dari diri kamu sendiri? :(
 

Labels: , ,

Wednesday, September 23, 2015

Ketika Ayah Tak di Rumah

Sabtu kemarin (19 September 2015), Ayah pergi ke Jatinangor-Sumedang untuk bereuni bersama teman-teman kuliahnya. Kemudian Ayah mengunjungi Kakek dan Nenek di Majalaya.

Fay sudah diberitahu tentang rencana perjalanan Ayah, semalam sebelumnya, sekaligus dia diberitahu kalau Ayah  akan pulang Senin pagi (padahal rencananya pulang Minggu malam. Untuk "amannya", dibilang Senin pagi, agar tak menunggu-nunggu hingga tidak tidur malam).

Sejak Jumat malam hingga Sabtu pagi, Fay sudah sulit ditangani. Pasalnya, sejak Jumat siang, selagi terapi, Fay merusak jilbab yang dikenakannya, dan juga celana dalamnya, sewaktu di kamar mandi.

Konsekuensinya, Sabtu  itu Fay tidak saya izinkan nonton TV (termasuk acara K-Pop kesukaannya). Caranya, pesawat TV kumasukkan ke ruangan terkunci.

Padahal pada Jumatnya, Fay sudah mendapat konsekuensi, akibat perbuatannya merusak barang. Pada Kamis malam, pada jam tidur malam, Fay malah begadang sambil merusak celana panjang yang dikenakannya.  

Bukan hanya itu. Sehari sebelumnya (Kamis), Fay mendapat konsekuensi tidak nonton TV selama setengah hari (sampai jam 3 sore), akibat membolongi celana panjangnya yang lain.

Jadi, tiga hari berturut-turut, Fay mendapat hukuman tidak nonton TV. Padahal, satu hari saja mendapat hukuman/konsekuensi, Fay berontaknya luar biasa. Dia memaksa agar TV dikeluarkan, dengan cara menggedor-gedor pintu ruangan tempat menyimpan TV. Dia juga menarik-narik tangan saya sambil histeris.

Kebayang, hari ketiga mendapat konsekuensi yang sama, di saat Ayah tak ada di rumah!

Begitu Ayah berangkat pada Sabtu pagi, Fay mulai berusaha kabur ke luar, dengan berdiam di teras depan, menunggu lengah. Padahal sinar matahari sedang terik-teriknya. Untunglah pintu gerbang depan sekarang sudah bisa digembok. Pagar pun sudah cukup tinggi; tak mudah untuk dipanjat Fay begitu saja.

Ibu berhasil membuat Fay kembali masuk rumah, setelah diiming-iming dengan kripik singkong kesukaannya.

Sehabis makan siang,  Ibu lupa mengunci pintu dapur (juga aksesnya ke halaman depan), membuat Fay mudah menerobos ke luar, dan kembali nongkrong di teras. Terpaksa Ibu turut berada di halaman, sambil berkeliling memeriksa tanaman.

Menjelang magrib, Fay secara sukarela mau masuk rumah dan mandi. (Kebetulan kami sedang "berhalangan", jadi tidak sholat).

Malamnya, seperti rutinitas, pukul 8 malam Fay masuk kamarnya setelah sikat gigi, BAB/BAK. Kelihatannya dia bakal langsung tidur, soalnya sejak siang dia tampak mengantuk.

Tapi... apa yang terjadi?

Lewat tengah malam, Fay memanggil-manggil, entah minta apa. (Oya, pintu kamar Fay, demi kebaikan dan keamanannya sendiri, sewaktu tidur dikunci dari luar). Ibu biarkan saja.

Kalau ada Ayah, biasanya Ayah lah yang merespon, kemudian menghampirinya. Permintaannya biasanya hanya ingin tahu sekarang jam berapa (memperlihatkan jam di HP). Atau minta air minum.

Tapi teriakan Fay tak berhenti. Dia terus memanggil-manggil, berkali-kali, secara berkala sepanjang dinihari itu, dan Ibu menulikan telinga.

Terakhir, Ibu lihat jam 02.50 dinihari, dan Fay masih memanggil-manggil. Sejak itu, terdengar dia turun dari ranjang dan berlari-lari di kamar, juga menggedor-gedor pintu.

Ibu berdoa agar tetangga di kanan-kiri, juga di belakang rumah, tidak terganggu oleh keributan yang dibuat Fay. Tapi gedoran semakin keras, dan Ibu mulai khawatir pintu akan jebol.

Begitu azan subuh berkumandang, Ibu buka pintu kamarnya. Tadinya dikira Fay akan langsung mengambil air minum yang selalu tersedia di depan pintu kamarnya. Atau menerobos ke kamar mandi karena ingin BAK. Ternyata tidak!

Dia malah ambil sapu dan mulai menyapu lantai kamar dan ruangan lantai atas, setelah itu mandi.

Setelah mandi, dia  meminta alat pel sekalian dengan airnya di ember. (Oya, Fay sudah lama aku ajari menyapu dan mengepel). Rupanya, dia ingin menyapu/mengepel lebih pagi, agar pada Minggu pagi itu, Fay bisa menonton acara kesukaannya di TV; video klip lagu-lagu Korea (K-Pop).

Tinggal aku yang terkantuk-kantuk dan sakit  kepala. :( 

*Foto: aksi "goyang kipas" Fay saat nonton K-Pop kesukaannya.



Labels: , ,

Sunday, November 23, 2014

Harus Hitam di Atas Putih

Kejengkelan Ibu karena Fay yang hobi merusak barang-barang, mulai bisa dikomunikasikan. Titik terang itu muncul setelah kami mendiskusikannya dengan tim terapis Fay.

Kami disarankan untuk melakukan "komunikasi transaksional" dengan Fay secara tertulis atau divisualisasikan, seperti contoh berikut ini:



 Alhamdulillah, Fay menuruti kesepakatan yang kami buat, dan cuma sekali Fay melanggarnya. Tapi Fay langsung merasakan akibatnya; hukuman!

Hukuman yang efektif bagi Fay adalah ditariknya kesenangan yang dia sangat minati saat ini, yaitu bermain laptop dan pergi ke Menara Kuningan.

Sekarang tampak hasilnya; Fay mulai menuruti daftar atau check list itu, karena -seperti dibilang oleh terapisnyap Fay lebih memahami komunikasi lewat visual. Semuanya harus tertulis "hitam di atas putih". :D 

Labels: , , ,